Samstag, 5. Januar 2013

Linguistik Strukturalis



A.     Linguistik Strukturalis

Linguistik strukturalis merupakan pendekatan dalam penyelidikan bahasa yang menganggap bahasa sebagai system yang bebas. Aliran ini berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki oleh bahasa itu. Pandangan ini adalah sebagai akibat sebagai konsep-konsep baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang di kemukakan oleh Bapak linguistik modern yaitu Ferdinand de Saussure(1857-1913). Pandangan-pandangan ini di buat dalam bukunya Course de Linguistique Generale (terbit pertama kali 1916 yang disusun oleh Charles Bally dan Albert Sechehay, terjemahannya dalam bahasa Indonesia terbit 1988). Berdasarkan catatan kuliah selama de Saussure memberi kuliah di Universitas Jenewa tahun 1906-1911.

Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut yaitu konsep :
1.      Telaah sinkronik dan diakronik
Istilah sinkronis dan diakronis sudah mulai muncul sejak abad ke-19.Yang  memperkenalkan istilah ini adalah Ferdinand de Saussure, linguis Swiss yang juga peletak dasar linguistik modern. Pada mulanya, Saussure adalah seorang ahli linguistik diakronis. Ia meneliti bahasa-bahasa Indo-Eropa (Kridalaksana, 2005: 9-10). Ia kemudian berusaha mengembangkan pendekatan baru dalam linguistik yang ia namakan pendekatan sinkronis.
Pendekatan sinkronis adalah pendekatan yang titik kajiannya menyasar pada bahasa dalam satu kurun masa tertentu. Dalam masa waktu kajian yang terbatas (Chaer, 2007: 14) itu, bahasa tersebut diterangkan bagaimana cara kerja dan penggunaannya oleh para penuturnya (Alwasilah, 1991: 87). Atau dalam istilah Parera (1991), linguistik sinkronis mempelajari bahasa berdasarkan gejala-gejala bahasa yang bersifat sezaman yang diujarkan oleh pembicara.
 Contohnya, memepelajari bahasa Indonesia yang di gunakan pada zaman Jepang atau pada masa tahun 50-an.
Sedangkan telaah bahasa diakronik adalah telaah bahasa dari masa ke masa yang digunakan oleh para penuturnya. Dalam hal ini telaah diakronis berupaya mengkaji bahasa (atau bahasa-bahasa) pada masa yang tidak terbatas; bisa sejak awal kelahiran bahasa itu sampai zaman punahnya (bila sudah punah) atau sampai masa kini (Chaer, 2007). Dalam kajian ini, bahasa dilihat memiliki fase-fase yang mencerminkan perkembangan bahasa tersebut (Parera,1991).Contohnya, mempelajari bahasa Indonesia dimulai sejak zaman sriwijaya sampai zaman sekarang ini.
Sebelum terbit buku Course de Linguistique Generale telaah bahasa selalu dilakukan orang secara diakronik tidak pernah secara diakronik. Para ahli belum sadar bahwa bahasa dapat diteliti secra sinkronik. Inilah salah satu pandangan de Saussure yang sangat penting sehingga kita dapat memberikan telaah terhadap suatu bahasa tertentu tanpa melihat sejarah bahasa itu.
2.      Perbedaan langue dan Parole
Menurut Saussure, langue ini ada dalam benak orang, bukan hanya abstraksi-abstraksi saja. Langue adalah sesuatu yang berkadar individual tapi juga social universal. Dengan kata lainmerupakan keseluruhan system tand yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa. Langue itu abstrak dan tertentu pada suatu bahasa. Sebagai orang Indonesia maka kita mempunyai Langue Bahasa Indonesia, tetapi kalau kita mempelajari bahasa jerman umpamanya maka langue kita pun bertambah yaitu langue bahasa jerman.
Sedangkan Parole adalah pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing anggota masyarakat bahasa; sifatnya konkrit, pribadi, dinamis, lincah, social, terjadi pada waktu, tempat, dan suasana tertentu. Parole itu merupakan ujaran seseorang, yaitu apa yang diucapkan dan apa yang didengar oleh pihak penanggap ujaran.
3.      Perbedaan signifiant dan signifie
Ferdinand de Saussure mengemukakan teori bahwa setiap tanda atau tanda linguistik (signé atau signé linguistique) dibentuk oleh dua buah komponen yang tidak terpisahkan, yaitu komponen signifiant dan komponen signifie. Yang dimaksud dengan  signifiant adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita. Sedangkan signifie adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita. Untuk lebih jelas signifie sama dengan makna atau “yang diartikan” yang wujudnya berupa pengertian atau konsep signifiant;  dan signifiant sama dengan bunyi bahasa dalam bentuk urutan fonem-fonem tertentu atau “yang mengartikan” yang wujudnya berupa runtutan bunyi.
Hubungan antara signifiant  dan signifie sangat erat, karena keduanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Contoh:
                 m/, /e/, /j/, /a/
                (signifiant)
Meja
(tanda                     ------------------------------------------
linguistik)
                           
                  ‘sejenis perabot ru-
                 Mah tangga/kantor
                 (signifie)
                                        Dalam-bahasa                          luar-bahasa
4.      Hubungan sintagmatik dan paradigmatik
Bapak linguistik modern membedakan adanya dua macam hubungan, yaitu sintagmatik dan hubungan paradigmatik. Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secra berurutan, bersifat linear. Hubungan sintagmatik dalam tataran fonologi tampak pada urutan fonrm-fonem dalam sebuah kata yang tidak dapat diubah tanpa merusak makna kata itu. Contohnya kata /k, i, t, a/. Apabila urutannya diubah maka maknanya akan berubah, atau tidak bermakna sama sekali.
Hubungan sintagmatik pada tataran morfologi tampak pada urutan morfem-morfem pada suatu kata. Ada kemungkinan maknanya berubah tetapi ada kemungkinan pula tak bermakna sama sekali. Contohnya kata segitiga tigasegi,kata barangkalikalibarang, dan kata tertuatuater. Hubungan sintakmatik pada tataran sintaksis tampak pada urutan kata  yang mungkin dapat diubah tetapi mungkin juga tidak dapat diubah tanpa mengubah makna kalimat tersebut atau menyebabkan tak bermakna sama sekali.
Contohnya:
Evi membeli tas baru
Evi baru membeli tas
Membeli Evi tas baru
Baru Evi membeli tas

Hubungan paradigmatik adalah hubungan antar unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan. Hubungan paradigmatic pada tataran fonologi tampak pada contoh berikut antar bunyi /r/, /k/, /b/, /m/, dan /d/ yang terdapat pada kata-kata rata, kata, bata, mata, dan data. Hubungan paradigmatic pada tataran morfologi tampak pada contoh pada prefiks me-di-, pe-,dan  te- yang terdapat pada kata-kata merawat, dirawat, perawat, dan terawat. Sedangkan hubungan paradigmatic pada tataran sintaksis dapat dilihat pada contoh antara kata-kata yang menduduki fungsi subjek, predikat, dan objek. Misalnya ;
Ana menulis surat
Ani makan bakso
Dia memakai sepatu

B.   Ciri-ciri Linguistik Strukturalis
Ciri-ciri aliran linguistik strukturalis antara lain ;
1.      Berlandaskan pada faham behaviourisme
Proses berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap (stimulus-response).
2.      Bahasa berupa ujaran
Ciri ini menunjukka bahwa hanya ujaran saja yang termasuk dalam bahasa . dalam pengajaran bahasa teori struktural melahirkan metode langsung dengan pendekatan oral. Tulisan statusnya sejajar dengan gersture.
3.      Bahasa merupakan sistem tanda (signifie dan signifiant) yang arbitrer dan konvensional.
Berkaitan dengan ciri tanda, bahasa pada dasarnya merupakan paduan dua unsur yaitu signifie dan signifiant. Signifie adalah unsur bahasa yang berada di balik tanda yang berupa konsep di balik sang penutur atau disebut juga makna. Sedangkan signifiant adalah wujud fisik atau hanya yang berupa bunyi ujar.
4.      Bahasa merupakan kebiasaan (habit)
Berdasarkan sistem habit, pengajaran bahasa diterapkan metode drill and practice yakni suatu bentuk latihan yang terus menerus dan berulang-ulang sehingga membentuk kebiasaan.
5.      Kegramatikalan berdasarkan keumuman
6.      Level-level gramatikal ditegakkan secara rapi.
Level gramatikal mulai ditegakkan dari level terendah yaitu morfem sampai level tertinggi berupa kalimat. Urutan tataran gramatikalnya adalah morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat. Tataran di atas kalimat belum terjangkau oleh aliran ini.
7.      Analisis dimulai dari bidang morfologi.
8.      Bahasa merupakan deret sintakmatik dan paradigmatik
9.      Analisis bahasa secara deskriptif.
10.  Analisis struktur bahasa berdasarkan unsur langsung
11.  Unsur langsung adalah unsur yang secara langsung membentuk struktur tersebut. Ada empat model analisis unsur langsung yaitu model Nida, model Hockett, model Nelson, dan model Wells.

C.   Keunggulan & kelemahan  Linguistik Strukturalis
a.       Keunggulan
·         Aliran ini sukses membedakan konsep grafem dan fonem.
·         Metode drill and practice membentuk keterampilan berbahasa berdasarkan kebiasaan
·         Kriteria kegramatikalan berdasarkan keumuman sehingga mudah diterima masyrakat awam
·         Level kegramatikalan mulai rapi mulai dari morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat.
·         Berpijak pada fakta, tidak mereka-reka data.
b.      Kelemahan
·         Bidang morfologi dan sintaksis dipisahkan secara tegas.
·         Metode drill and practice sangat memerlukan ketekunan, kesabaran, dang sangat menjemukan.
·         Proses berbahasa merupakan proses rangsang-tanggap berlangsung secara fisis dan mekanis padahal manusia bukan mesin.
·         Kegramatikalan berdasarkan kriteria keumuman , suatu kaidah yang salah pun bisa benar jika dianggap umum.
·         Faktor historis sama sekali tidak diperhitungkan dalam analisis bahasa
·         Objek kajian terbatas sampai level kalimat, tidak menyentuh aspek komunikatif

0 Kommentare:

Kommentar veröffentlichen

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More