A.
Linguistik
Strukturalis
Linguistik strukturalis merupakan pendekatan dalam penyelidikan bahasa
yang menganggap bahasa sebagai system yang bebas. Aliran ini berusaha
mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki
oleh bahasa itu. Pandangan ini adalah sebagai akibat sebagai konsep-konsep baru
terhadap bahasa dan studi bahasa yang di kemukakan oleh Bapak linguistik modern
yaitu Ferdinand de Saussure(1857-1913). Pandangan-pandangan ini di buat dalam
bukunya Course de Linguistique Generale (terbit pertama kali 1916 yang disusun
oleh Charles Bally dan Albert Sechehay, terjemahannya dalam bahasa Indonesia
terbit 1988). Berdasarkan catatan kuliah selama de Saussure memberi kuliah di
Universitas Jenewa tahun 1906-1911.
Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut yaitu
konsep :
1. Telaah
sinkronik dan diakronik
Istilah sinkronis dan diakronis sudah mulai muncul sejak
abad ke-19.Yang memperkenalkan istilah
ini adalah Ferdinand de Saussure, linguis Swiss yang juga peletak dasar
linguistik modern. Pada mulanya, Saussure adalah seorang ahli linguistik
diakronis. Ia meneliti bahasa-bahasa Indo-Eropa (Kridalaksana, 2005: 9-10). Ia
kemudian berusaha mengembangkan pendekatan baru dalam linguistik yang ia
namakan pendekatan sinkronis.
Pendekatan sinkronis adalah pendekatan yang titik kajiannya
menyasar pada bahasa dalam satu kurun masa tertentu. Dalam masa waktu kajian
yang terbatas (Chaer, 2007: 14) itu, bahasa tersebut diterangkan bagaimana cara
kerja dan penggunaannya oleh para penuturnya (Alwasilah, 1991: 87). Atau dalam
istilah Parera (1991), linguistik sinkronis mempelajari bahasa berdasarkan
gejala-gejala bahasa yang bersifat sezaman yang diujarkan oleh pembicara.
Contohnya, memepelajari bahasa Indonesia
yang di gunakan pada zaman Jepang atau pada masa tahun 50-an.
Sedangkan
telaah bahasa diakronik adalah telaah bahasa dari masa ke masa yang digunakan
oleh para penuturnya. Dalam hal ini telaah diakronis berupaya mengkaji bahasa (atau
bahasa-bahasa) pada masa yang tidak terbatas; bisa sejak awal kelahiran bahasa
itu sampai zaman punahnya (bila sudah punah) atau sampai masa kini (Chaer,
2007). Dalam kajian ini, bahasa dilihat memiliki fase-fase yang mencerminkan
perkembangan bahasa tersebut (Parera,1991).Contohnya,
mempelajari bahasa Indonesia dimulai sejak zaman sriwijaya sampai zaman
sekarang ini.
Sebelum
terbit buku Course de
Linguistique Generale telaah bahasa selalu dilakukan orang secara diakronik
tidak pernah secara diakronik. Para ahli belum sadar bahwa bahasa dapat
diteliti secra sinkronik. Inilah salah satu pandangan de Saussure yang sangat
penting sehingga kita dapat memberikan telaah terhadap suatu bahasa tertentu
tanpa melihat sejarah bahasa itu.
2. Perbedaan
langue dan Parole
Menurut
Saussure, langue ini ada dalam benak orang, bukan hanya abstraksi-abstraksi
saja. Langue adalah sesuatu yang berkadar individual tapi juga social
universal. Dengan kata lainmerupakan keseluruhan system tand yang berfungsi
sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa.
Langue itu abstrak dan tertentu pada suatu bahasa. Sebagai orang Indonesia maka
kita mempunyai Langue Bahasa Indonesia, tetapi kalau kita mempelajari bahasa
jerman umpamanya maka langue kita pun bertambah yaitu langue bahasa jerman.
Sedangkan
Parole adalah pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing anggota
masyarakat bahasa; sifatnya konkrit, pribadi, dinamis, lincah, social, terjadi
pada waktu, tempat, dan suasana tertentu. Parole itu merupakan ujaran
seseorang, yaitu apa yang diucapkan dan apa yang didengar oleh pihak penanggap
ujaran.
3. Perbedaan
signifiant dan signifie
Ferdinand
de Saussure mengemukakan teori bahwa setiap tanda atau tanda linguistik (signé atau
signé linguistique) dibentuk oleh dua buah komponen yang tidak terpisahkan,
yaitu komponen signifiant dan komponen signifie. Yang dimaksud dengan signifiant adalah citra bunyi atau kesan
psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita. Sedangkan signifie adalah
pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita. Untuk lebih jelas signifie
sama dengan makna atau “yang diartikan” yang wujudnya berupa pengertian atau
konsep signifiant; dan signifiant sama
dengan bunyi bahasa dalam bentuk urutan fonem-fonem tertentu atau “yang
mengartikan” yang wujudnya berupa runtutan bunyi.
Hubungan antara
signifiant dan signifie sangat erat,
karena keduanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Contoh:
m/, /e/, /j/, /a/
(signifiant)
(tanda
------------------------------------------
linguistik)
‘sejenis perabot ru-
Mah
tangga/kantor
(signifie)
Dalam-bahasa luar-bahasa
4. Hubungan
sintagmatik dan paradigmatik
Bapak
linguistik modern membedakan adanya dua macam hubungan, yaitu sintagmatik dan
hubungan paradigmatik. Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur
yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secra berurutan, bersifat
linear. Hubungan sintagmatik dalam tataran fonologi tampak pada urutan
fonrm-fonem dalam sebuah kata yang tidak dapat diubah tanpa merusak makna kata
itu. Contohnya kata /k, i, t, a/. Apabila urutannya diubah maka maknanya akan
berubah, atau tidak bermakna sama sekali.
Hubungan sintagmatik
pada tataran morfologi tampak pada urutan morfem-morfem pada suatu kata. Ada
kemungkinan maknanya berubah tetapi ada kemungkinan pula tak bermakna sama
sekali. Contohnya kata segitiga ≠ tigasegi,kata barangkali ≠ kalibarang,
dan kata tertua ≠tuater. Hubungan sintakmatik pada tataran sintaksis tampak pada
urutan kata yang mungkin dapat diubah
tetapi mungkin juga tidak dapat diubah tanpa mengubah makna kalimat tersebut
atau menyebabkan tak bermakna sama sekali.
Contohnya:
Evi membeli tas baru
Evi baru membeli tas
Membeli Evi tas baru
Baru Evi membeli tas
Hubungan
paradigmatik adalah hubungan antar unsur-unsur yang terdapat dalam suatu
tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang
bersangkutan. Hubungan paradigmatic pada tataran fonologi tampak pada contoh
berikut antar bunyi /r/, /k/, /b/, /m/, dan /d/ yang terdapat pada kata-kata rata, kata, bata, mata, dan data. Hubungan paradigmatic pada tataran
morfologi tampak pada contoh pada prefiks
me-di-, pe-,dan te- yang terdapat pada kata-kata merawat, dirawat, perawat, dan terawat. Sedangkan hubungan paradigmatic
pada tataran sintaksis dapat dilihat pada contoh antara kata-kata yang
menduduki fungsi subjek, predikat, dan objek. Misalnya ;
Ana
menulis surat
Ani
makan bakso
Dia memakai sepatu
B. Ciri-ciri Linguistik Strukturalis
Ciri-ciri
aliran linguistik strukturalis antara lain ;
1. Berlandaskan pada faham behaviourisme
Proses berbahasa
merupakan proses rangsang-tanggap (stimulus-response).
2. Bahasa berupa ujaran
Ciri
ini menunjukka bahwa hanya ujaran saja yang termasuk dalam bahasa . dalam
pengajaran bahasa teori struktural melahirkan metode langsung dengan pendekatan
oral. Tulisan statusnya sejajar dengan gersture.
3. Bahasa merupakan sistem tanda (signifie dan signifiant) yang
arbitrer dan konvensional.
Berkaitan
dengan ciri tanda, bahasa pada dasarnya merupakan paduan dua unsur yaitu
signifie dan signifiant. Signifie adalah unsur bahasa yang berada di balik
tanda yang berupa konsep di balik sang penutur atau disebut juga makna.
Sedangkan signifiant adalah wujud fisik atau hanya yang berupa bunyi ujar.
4. Bahasa merupakan kebiasaan (habit)
Berdasarkan
sistem habit, pengajaran bahasa diterapkan metode drill and practice yakni
suatu bentuk latihan yang terus menerus dan berulang-ulang sehingga membentuk
kebiasaan.
5. Kegramatikalan berdasarkan keumuman
6. Level-level gramatikal ditegakkan secara rapi.
Level
gramatikal mulai ditegakkan dari level terendah yaitu morfem sampai level
tertinggi berupa kalimat. Urutan tataran gramatikalnya adalah morfem, kata,
frase, klausa, dan kalimat. Tataran di atas kalimat belum terjangkau oleh
aliran ini.
7. Analisis dimulai dari bidang morfologi.
8. Bahasa merupakan deret sintakmatik dan paradigmatik
9. Analisis bahasa secara deskriptif.
10. Analisis struktur bahasa berdasarkan unsur langsung
11. Unsur langsung adalah unsur yang secara langsung membentuk
struktur tersebut. Ada empat model analisis unsur langsung yaitu model Nida,
model Hockett, model Nelson, dan model Wells.
C. Keunggulan & kelemahan Linguistik Strukturalis
a. Keunggulan
·
Aliran ini sukses
membedakan konsep grafem dan fonem.
·
Metode drill and
practice membentuk keterampilan berbahasa berdasarkan kebiasaan
·
Kriteria kegramatikalan
berdasarkan keumuman sehingga mudah diterima masyrakat awam
·
Level kegramatikalan
mulai rapi mulai dari morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat.
·
Berpijak pada fakta,
tidak mereka-reka data.
b. Kelemahan
·
Bidang morfologi dan
sintaksis dipisahkan secara tegas.
·
Metode drill and
practice sangat memerlukan ketekunan, kesabaran, dang sangat menjemukan.
·
Proses berbahasa
merupakan proses rangsang-tanggap berlangsung secara fisis dan mekanis padahal
manusia bukan mesin.
·
Kegramatikalan
berdasarkan kriteria keumuman , suatu kaidah yang salah pun bisa benar jika
dianggap umum.
·
Faktor historis sama
sekali tidak diperhitungkan dalam analisis bahasa
·
Objek kajian terbatas
sampai level kalimat, tidak menyentuh aspek komunikatif
0 Kommentare:
Kommentar veröffentlichen